oleh
Elfi
Mariatul Mahmuda
SMA Negeri 3 Lumajang
1. Pendahuluan
Pergeseran dan pemertahanan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai
kode yang bersifat dinamis. Karena kode-kode itu tidak pernah lepas antara yang
satu dengan yang lainnya maka bahasa bisa berubah. Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang terjadi
akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain.
Sedangkan pemertahanan bahasa menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap
suatu bahasa untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa
lainnya (Chaer:1995).
Adalah suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia terdiri dari beragam
suku dan bahasa. Dalam situasi resmi orang Indonesia berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia. Tetapi, dalam situasi tidak resmi, percakapan sehari-hari,
misalnya, orang Indonesia yang terdiri atas bermacam-macam suku dan berbicara
dalam bermacam-macam bahasa tidak selalu memakai bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi. Mereka kadang-kadang memakai bahasa daerah masing-masing, bahasa
daerah tempat asal mereka.
Tidak berbeda dengan bangsa lainnya, penggolongan masyarakat yang
dilatarbelakangi oleh kebangsaan etnis (suku), kebanggaan keturunan, dan
ciri-ciri khas kebahasaan yang dimiliki masih juga tampak dalam kehidupan
kemasyarakatan Indonesia. Salah satu golongan yang dimaksud adalah warga negara
Indonesia (WNI) keturunan Cina.
Warga negara Indonesia (WNI) keturunan Cina adalah orang-orang
keturunan pendatang atau kelompok pendatang (imigran) dari Cina. Untuk
berkomunikasi mereka menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar, yaitu
meninggalkan bahasa mereka sendiri lalu berganti menggunakan bahasa penduduk
setempat. Lambat laun terjadilah pergeseran bahasa mereka. Selain itu, dengan
munculnya kebijaksanaan pemerintah, yaitu program asimilasi terhadap seluruh
penduduk WNI keturunan Cina dan penduduk Indonesia WNA semakin cepatlah proses
pergeseran bahasa itu dan memunculkan sikap pemertahanan bahasa di antara
kelompok-kelompok masyarakat itu.
Kajian terhadap pergeseran dan pemertahanan bahasa secara umum
dimaksudkan untuk mendeskripsikan terjadinya, sebab-sebab terjadinya, dan
pilihan bahasa di tengan masyarakat. Berikut ini dibahas sedikit masalah
pergeseran dan pemertahanan bahasa Mandarin pada satu keluarga WNI keturunan
Cina di Lumajang.
2. Konsep Dasar
2.1 Pergeseran Bahasa
Pergeseran bahasa umumnya
mengacu pada proses penggantian satu bahasa dengan bahasa lain dalam repertoir
linguistik suatu masyarakat. Pergeseran bahasa mengacu pada hasil proses ini
(Ibrahim, 2003). Pergeseran bahasa dapat diartikan sebagai pergeseran
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau kelompok penutur akibat perpindahan
dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain atau mobilitas
penduduk. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa adalah:
a. Faktor ekonomi, sosial, dan politik
Masyarakat memandang adanya alasan
penting untuk mempelajari bahasa kedua dan mereka tidak memandang perlu untuk
mempertahankan bahasa etnisnya. Semua itu untuk tujuan meningkatkan ekonomi,
status sosial, atau kepentingan politik.
b. Faktor
demografi
Letak daerah baru yang jauh dari
daerah asal bisa menjadi kontribusi mempercepat pergeseran bahasa. Hal ini
disebabkan kelompok-kelompok pendatang akan mengadakan asimilasi dengan
penduduk setempat agar mudah diterima menjadi bagian masyarakat setempat.
Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah
yang bisa memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik
sehingga mengundang penduduk daerah lain untuk mendatanginya. Letak daerah baru
yang jauh dari daerah asal bisa menjadi kontribusi mempercepat pergeseran
bahasa. Hal ini disebabkan kelompok-kelompok pendatang akan mengadakan
asimilasi dengan penduduk setempat agar mudah diterima menjadi bagian
masyarakat setempat. Adanya pergeseran bahasa dapat mengakibatkan punahnya
suatu bahasa karena ditinggalkan oleh para penuturnya. Peristiwa ini terjadi
bila pergeseran bahasa terjadi di daerah asal suatu bahasa digunakan.
2.2 Pemertahanan Bahasa
Pemertahanan bahasa adalah sikap
atau penilaian terhadap suatu bahasa kemudian tetap menggunakan bahasa tersebut
di tengah-tengah bahasa lainnya. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya
pemertahanan bahasa adalah sebagai berikut.
a. Pola-pola penggunaan
bahasa.
Ini berarti semakin banyak domain tempat dipakainya bahasa minoritas
maka semakin besar kesempatannya untuk mempertahankan bahasa itu.
Kemungkinan-kemungkinan itu kebanyakan akan ditentukan oleh faktor-faktor
sosial ekonomi.
b. Faktor-faktor demografis.
Jika suatu kelompok itu cukup besar sehingga mampu menyediakan
banyak penutur dan mampu mengisolasi dirinya sendiri dari kontak dengan penutur
bahasa mayoritas, paling tidak dibeberapa domain maka terdapat kesempatan lebih
banyak untuk mempertahankan bahasa. Bila anggota-anggota masyarakat etnis
tinggal di lingkungan yang sama, hal ini juga membantu mempertahankan bahasa-bahasa
minoritas hidup lebih lama. Frekuensi kontak dengan tanah leluhur juga sangat
penting sebagai pemberi kontribusi pemertahanan bahasa.
c. Sikap terhadap bahasa minoritas.
Jika bahasa dihargai dan
diperlakukan dengan penuh kebangaan sebagai pengenal kelompok minoritas dan
mengungkapkan budaya yang berbeda, lebih besar kemungkinan bahasa itu bertahan.
Begitu pula akan sangat membantu bila bahasa itu memiliki status di masyarakat.
3. Masyarakat WNI Keturunan Cina
Masyarakat WNI Cina ditinjau dari kebudayaannya terutama bahasa
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: kelompok Cina peranakan dan kelompok Cina “totok” (Wolf, dalam Sudja’I, 1978).
Perbedaan utama antara orang Cina peranakan dan orang Cina “totok” terletak pada bahasa mereka. Orang Cina peranakan adalah
penutur asli bahasa Indonesia karena mereka lahir dan dibesarkan di Indonesia.
Mereka telah meninggalkan bahasa Cina sebagai bahasa ibu mereka, namun masih
tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional. Sedangkan orang Cina “totok” adalah penutur asli bahasa Cina.
Di negeri leluhur mereka masyarakat
Cina dibedakan atas empat kelas, yaitu: (1) kelas cendekiawan, (2) kelas
petani, (3) kelas buruh, dan (4) kelas saudagar. Golongan (kelas) cendekiawan
tidak berimigrasi ke luar. Jadi, hanya golongan 2, 3, dan 4 saja yang merantau.
Dewasa ini orang Cina peranakan
dalam berhubungan dengan teman-teman mereka, baik yang berasal dari tanah
leluhurnya maupun yang berasal dari orang-orang pribumi, unsur bahasa
Indonesianya lebih besar daripada kalau mereka berhubungan dengan orang-orang
Cina “totok”. Sebaliknya, jika mereka
berhubungan dengan orang-orang Cina ‘totok”,
unsur Mandarinnya lebih banyak daripada unsur bahasa Indonesianya.
Dari uraian di atasa, jelas bahwa
dalam masyarakat WNI Cina telah terjadi pergeseran bahasa terutama orang Cina
peranakan. Mereka bukan lagi penutur asli bahasa Cina melainkan penutur asli
bahasa Indonesia.
4. Pola Bahasa Keluarga Keturunan WNI Cina
Meiliana adalah perempuan peranakan
atau keturunan WNI Cina yang tinggal di Lumajang. Ayahnya seorang Cina ”totok” yang berimigrasi ke Indonesia
dan menetap di Lumajang. Saat kecil Meiliana diasuh oleh pembantunya orang Jawa
bernama Aripah. Keluarga Meiliana dalam bertutur menggunakan bahasa Jawa saat
berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Begitu juga saat bertutur dalam
keluarga, mereka menggunakan bahasa Jawa dengan sedikit campuran bahasa Cina
(Mandarin).
Meiliana menikah dengan pria yang
sama-sama keturunan WNI Cina. Saat berkomunikasi dengan suaminya, Meiliana
menggunakan bahasa campuran, yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan sedikit
bahasa Mandarin. Tetapi saat bertutur dengan teman-temannya sesama keturunan
WNI Cina, Meiliana banyak menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi bahasa
Mandarin.
Pada
2001 di Lumajang berdiri tempat kursus bahasa Mandarin “Maju Bersama”.
Pada awalnya tempat kursus itu dibuka untuk kalangan orang-orang keturunan WNI
Cina saja, tetapi kemudian dibuka untuk umum. Di tempat inilah Meiliana
meningkatkan kemampuannya berbahasa Mandarin
Suatu hal yang tidak diperolehnya saat orang tuanya hidup. Selain itu ia
pun mengikuti organisasi orang-orang keturunan WNI Cina. Dalam satu kesempatan
Meiliana mengikuti tour ke negeri Cina,
kesempatan ini dipergunakan untuk menelusuri kota asal leluhurnya.