Entri Populer

Minggu, 25 September 2011

SYAIR JINGGA


Kau adalah puisi terindah dalam hidupku. Larik-lariknya menyimpan sejuta makna yang ingin kuhayati. Bukan sekedar logika. Bukan sekedar hati ‘tuk mengerti. Tetapi meleburnya diri dalam satu rasa tak berbatas. Seperti bertemunya antara siang dan malam saat senja. Tak ada sekat, tak ada pemisah. Hanya warna jingga yang sublim menyepuh kaki langit di ufuk barat. Dunia dalam hening, meredakan gelombang laut menjadi alun lembut yang berlari kecil menyentuh pasir di pantai.

Kau adalah prosa dalam jiwaku. Ceritanya tak utuh dalam satu alur. Episod yang terjalin adalah gambaran hidup yang terlampaui dan bayangan masa depan. Konflik sedih dan gembira adalah permainan rasa yang membimbing langkah mencapai tahap solusi. Maka, sebuah katarsis pemahaman atas hidup ini.

Masih ingatkah kau kisah Pangeran Elang? Diceritakan waktu itu Pangeran melamar seorang gadis untuk menjadi permaisurinya, gadis terpana bahagia. Kalimat sakral Sang Pangeran pun memahkotai jiwanya. Ketika elang kembara taklukan dunia, sang gadis menjaga amanah. Dia menunggu dengan setia mendekap janji Pangeran yang dicintainya. Musim pun berulang ganti. Tibalah elang kembali ke sarang. Sang Gadis pun menyodorkan bunga putih yang selama ini dijaganya dengan jiwa raga. Ah, tahukah kau? Sang Pangeran hanya tertawa sumbang dan berkata,” Itu sudah berlalu. Anak sapi telah menjadi sapi. Aku yang dulu begitu lugu.” Sang Gadis menyandarkan pandangan pada pucuk-pucuk pinus menahan perih air matanya. Elang bisa taklukan dunia tapi tak punya nyali akui tanggung jawab hati. Menurutmu, siapakah yang pecundang dan pemenang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar